DBD DAN DIARE
Dokter Bantah Empat Meninggal Akibat DBD
Jumat, 17 Desember 2010 | 20:47 WIB

KOMPAS/ICHWAN SUSANTO
Ilustrasi diare
TERKAIT:
PALU, KOMPAS.com - Seorang dokter di Rumah Sakit Umum Mokopido, Kabupaten Tolitoli, Sulteng, membantah adanya empat korban meninggal akibat wabah diare dan demam berdarah dengue (DBD) di daerah itu.
"Setahu saya yang meninggal murni karena diare itu hanya satu orang. Itu yang sempat saya tangani di ruang perawatan. Saya tidak tahu kalau ada yang lain meninggal di UGD," kata dr Milda Pengeran, dokter di RSU Tolitoli, Jumat (17/12/2010).
Selain meninggal karena diare, seorang pasien juga meninggal dunia karena serangan DBD sekaligus diare.
Kedua korban tersebut adalah Imam Hartawan (enam bulan) akibat diare dan Ikram (enam bulan) karena DBD sekaligus diare.
Milda mengatakan, pasien yang meninggal dunia karena terlambat dibawa ke rumah sakit sehingga kesadarannya menurun drastis.
"Kita sudah bantu maksimal, tapi tidak tertolong lagi karena memang kondisinya sudah tidak memungkinkan," kata Milda.
Korban bernama Ikram yang meninggal dunia Jumat pagi akibat DBD dan diare. Kondisi Ikram sudah memprihatinkan karena terjadi pendarahan aktif.
"Korban itu lebih didominasi DBD. Kondisinya makin buruk karena dia juga terkena diare," kata Milda.
Terkait dengan banyaknya penderita diare, Milda mengatakan, jumlah pasien sudah lebih dari 70 orang, tetapi sebagian sudah pulang ke rumah masing-masing setelah ditangani oleh rumah sakit.
Meski sebagian sudah kembali, tetapi masih ada pasien yang datang dalam kasus yang sama. Hingga Jumat siang tercatat lima lagi pasien diare umumnya anak-anak.
Akibat membludaknya pasien dan keterbatasan tempat tidur, sebagian pasien terpaksa dirawat di lorong ruang perawatan.
"Setahu saya yang meninggal murni karena diare itu hanya satu orang. Itu yang sempat saya tangani di ruang perawatan. Saya tidak tahu kalau ada yang lain meninggal di UGD," kata dr Milda Pengeran, dokter di RSU Tolitoli, Jumat (17/12/2010).
Selain meninggal karena diare, seorang pasien juga meninggal dunia karena serangan DBD sekaligus diare.
Kedua korban tersebut adalah Imam Hartawan (enam bulan) akibat diare dan Ikram (enam bulan) karena DBD sekaligus diare.
Milda mengatakan, pasien yang meninggal dunia karena terlambat dibawa ke rumah sakit sehingga kesadarannya menurun drastis.
"Kita sudah bantu maksimal, tapi tidak tertolong lagi karena memang kondisinya sudah tidak memungkinkan," kata Milda.
Korban bernama Ikram yang meninggal dunia Jumat pagi akibat DBD dan diare. Kondisi Ikram sudah memprihatinkan karena terjadi pendarahan aktif.
"Korban itu lebih didominasi DBD. Kondisinya makin buruk karena dia juga terkena diare," kata Milda.
Terkait dengan banyaknya penderita diare, Milda mengatakan, jumlah pasien sudah lebih dari 70 orang, tetapi sebagian sudah pulang ke rumah masing-masing setelah ditangani oleh rumah sakit.
Meski sebagian sudah kembali, tetapi masih ada pasien yang datang dalam kasus yang sama. Hingga Jumat siang tercatat lima lagi pasien diare umumnya anak-anak.
Akibat membludaknya pasien dan keterbatasan tempat tidur, sebagian pasien terpaksa dirawat di lorong ruang perawatan.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar