LONGKI KEMAJUAN SULTENG

LONGKI KEMAJUAN SULTENG

KEAMANAN TERJAMIN

KEAMANAN TERJAMIN
Pilih No.Urut "3" Gubernur Sulteng

KAMPANYE LONGKI & SUDARTO

KAMPANYE LONGKI & SUDARTO
CAGUB SULTENG 2011-2016

For Executif Sulteng

For Executif Sulteng

Sabtu, 29 Januari 2011

Dewi Lokal di Kelenteng Kuno

Dewi Lokal di Kelenteng Kuno
Penulis: Ni Luh Made Pertiwi F | Editor: I Made Asdhiana
Sabtu, 29 Januari 2011 | 15:15 WIB
Dibaca: 1248
KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZESAsti Kleinsteuber berpose dalam peluncuran Buku Kelenteng-Kelenteng Kuno di Indonesia karangannya di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Budaya dan Pariwisata, Jakarta, Kamis (27/1/2011). Buku yang menampilkan foto serta pemaparan mengenai lebih dari seratus Kelenteng kuno di Indonesia ini disusun selama dua tahun.
JAKARTA, KOMPAS.com — Asti Kleinsteuber, seorang penulis dan pemerhati budaya peninggalan, menceritakan pengalamannya saat menyusun bukuKelenteng-kelenteng Kuno di Indonesia. Ia menyusun buku setebal 420 halaman berisi lebih dari 100 kelenteng kuno yang tersebar di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan dalam waktu dua tahun lebih. Proses penyusunan sejarah kelenteng kuno sebagian besar diambil dari cerita legenda yang diwariskan turun-temurun secara lisan. Sementara sejarah secara tertulis sangat minim.
"Sering juga dapat cerita yang berbeda-beda dari tiap-tiap narasumber," ungkapnya kepadaKompas.com, Jumat (28/1/2011). Ia berharap tiap kelenteng nantinya memiliki perpustakaan walaupun kecil.
"Seperti di Jerman, gereja pasti punya ruangan walau kecil yang isinya ada Alkitab dan buku-buku sejarah tentang gereja itu," tuturnya.
Di beberapa kelenteng ia bisa mendapatkan dua sampai tiga cerita yang berbeda. Pada akhirnya ia pun menuliskan semua cerita tersebut. Misalnya seperti kelenteng di Kerawang yang menghormati Dewi Ma Ku Po. Di tempat ini, Asti mendapatkan dua cerita yang berbeda.
Versi pertama menyebutkan, Ma Ku Po merupakan seorang nenek dan leluhur beberapa marga Tionghoa yang menetap di Indonesia. Mereka membawa abu Ma Ku Po dan menempatkannya di sana.
Sementara versi lain menyebutkan, Ma Ku Po adalah seorang anak bernama Ku Po. Asti menuturkan, di beberapa kelenteng dapat ditemui dewa dan dewi lokal. Dewa-dewa lokal ini adalah orang yang telah berjasa kepada masyarakat dan kemudian sosok tersebut menjadi legenda.
Dirjen Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Sapta Nirwandar dalam acara peluncuran buku tersebut menyebutkan, buku karya Asti dapat membantu promosi pariwisata. Orang akan tertarik untuk mengunjungi kelenteng-kelenteng tersebut. Asti berharap pemerintah dapat lebih memerhatikan kelestarian sejarah dan budaya kelenteng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar