LONGKI KEMAJUAN SULTENG

LONGKI KEMAJUAN SULTENG

KEAMANAN TERJAMIN

KEAMANAN TERJAMIN
Pilih No.Urut "3" Gubernur Sulteng

KAMPANYE LONGKI & SUDARTO

KAMPANYE LONGKI & SUDARTO
CAGUB SULTENG 2011-2016

For Executif Sulteng

For Executif Sulteng

Sabtu, 29 Januari 2011

Berhias Ceria Menyambut Imlek

Berhias Ceria Menyambut Imlek
Editor: I Made Asdhiana
Sabtu, 29 Januari 2011 | 09:33 WIB
Dibaca: 1223
KOMPAS/WISNU WIDIANTOROWarga memilih pernak-pernik Imlek yang dijual pedagang di kawasan Jalan Pancoran, Glodok, Jakarta Barat, Sabtu (22/1/2011). Konsumen mencari berbagai hiasan itu untuk perayaan tahun baru Imlek pada 3 Februari nanti.
KOMPAS.com — Warna merah menyala segera menyergap mata begitu memasuki kawasan Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat, sejak beberapa pekan terakhir. Lima hari lagi tahun baru Imlek tiba. Orang bersemangat mencari segala keperluan untuk menyambut tahun yang baru.
Segala kemeriahan tidaklah mengherankan karena segala keperluan untuk merayakan tahun baru itu bisa didapat di kawasan ini. Sejak lama kawasan Glodok menjadi tempat favorit berbelanja kebutuhan Imlek.
Mulai dari aksesori, pakaian, makanan, hingga perlengkapan sembahyang di wihara tersedia. Lampion berbagai ukuran dan hiasan bunga mei hua menghiasi Jalan Petak Sembilan, salah satu ruas jalan terkenal di kawasan tersebut.
Saat ini kelinci menjadi hiasan utama berbagai aksesori dan pakaian karena tahun ini adalah Tahun Kelinci. Kaus merah dengan kelinci warna putih di bagian depan berkibar-kibar tertiup angin, seolah mengundang orang untuk membeli. Warna merah ini melambangkan semangat, kegembiraan, dan kebaikan yang akan mengantar pada nasib baik.
”Sudah sejak sebulan terakhir orang mulai berburu pernik-pernik Imlek. Perkantoran sudah memborong mulai awal Januari,” kata Elis Susiana, pemilik toko Ceria Uniq di Petak Sembilan.
Selain lampion dan pohon mei hua, pedagang juga menjual kartu ucapan dan angpau (amplop merah) dengan beragam desain.
Di sepanjang jalan itu pedagang juga menggelar beragam jenis bahan makanan khas Imlek, seperti kue keranjang, teripang, katak, dan ikan bandeng. Hampir semua keluarga keturunan Tionghoa akan membeli bandeng sebelum Imlek. Menurut kepercayaan mereka, ikan adalah lambang rezeki.
Ada sebuah peribahasa nian nian you yu, artinya setiap tahun ada rezeki. Bunyi kata yu, yang artinya rezeki, sama dengan kata yu yang artinya ikan. Selain itu, jika makan ikan, selalu tersisa tulang. Mereka berharap, dengan menyantap ikan, rezeki mereka di tahun baru akan bersisa (berlebih).
Tidak ada ketentuan untuk membuat penganan khusus dari bandeng ini. Jadi, bandeng bisa dimasak bumbu kuning, dipindang, atau juga dipresto.
Di China daratan, ikan bandeng tidak menjadi ketentuan. Mereka bisa memasak jenis ikan apa saja, yang penting berupa ikan.
Berbagai macam buah juga dijajakan di berbagai tempat. Pisang raja, jeruk, manggis, srikaya, nanas, dan delima diyakini sebagai lambang kerukunan, kemakmuran, dan kebahagiaan.
Hidangan istimewa siap pula disajikan untuk merayakan Imlek. Gurame tahu tausi adalah salah satunya. Dalam mitologi China kuno, ikan melambangkan kelimpahan. Menurut legenda, ikan gurame mampu berenang melawan arus dan melompati pintu Gerbang Naga serta berhasil menjadi naga.
Sajian samseng dibuat dari ikan bandeng, ayam/bebek, dan babi. Ketiga makanan ini melambangkan air, udara, dan daratan.
Tidak hanya bahan makanan yang diserbu pembeli. Barang perlengkapan rumah tangga, seperti panci, piring, seprai, handuk, dan sebagainya juga laris diborong. Warga Tionghoa yang masih merayakan Imlek percaya dengan segala perlengkapan baru mereka seperti memulai hidup baru. Diharapkan segala kemalangan dan kesulitan yang terjadi pada tahun lalu tidak akan terulang kembali.
Tak hanya aksesori dan hidangan, wihara pun berhias menyambut Imlek. Di Wihara Dharma Bhakti di Petak Sembilan, pelataran di dalam dan di luar wihara telah dibersihkan. Begitu juga Wihara Dhanagun di Jalan Suryakancana, Kota Bogor, siap menyambut Imlek.
Susan, salah satu pengurus wihara menuturkan, Jumat (28/1), merupakan ritual pokok bersih wihara, yaitu membalik abu persembahyangan. Lalu, semua barang yang ada di wihara, kecuali rumpang (patung dewa atau orang suci penjaga wihara), akan digosok atau dibersihkan. (FRO/ARN/RTS)
Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Tidak ada komentar:

Posting Komentar